Sabtu, 12 November 2011

Saling Berbagi


Sepasang suami istri yang berusia lanjut, suatu kali mengunjungi kantor pusat untuk bernostalgia tentang suka duka ketika mereka masih aktif bekerja dahulu. Kesempatan bernostalgia ini rupanya dimanfaatkan mereka untuk menikmati sop buntut yang tersohor dikantin, dalam kantor pusat tsb. Kebetulan ketika itu j...am makan siang sehingga banyak pegawai yang santap siang disana. Suami istri ini lalu masuk antrian untuk memesan sop buntut. Mereka memesan satu porsi sop buntut beserta nasinya, dan dua gelas es teh manis serta sebuah piring kosong dan mangkuk. Semua yang melihat mereka heran.
Suami istri ini hanya memesan satu porsi. Bahkan beberapa pegawai lain iba melihat betapa menderitanya nasib pensiunan ini sehingga untuk makan siang di kantins aja hanya memesan satu porsi. Sang suami lalu membagi nasi menjadi dua bagian, demikian pula sop buntutnya. Satu bagian untuk dirinya dan bagian lain diserahkan kepada istrinya. Mulailah mereka makan. Namun, yang makan adalah suami dulu, sementara sang istri dengan tersenyum menunggu dan menatap kekasihnya makan. Seorang pegawai tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju meja mereka. Dengan rasa iba, pegawai ini menawarkan kepada pasangan suami istri ini satu porsi lagi sop buntut gratis, ia yang mentraktir. Dia merasa tidak tahan melihat sepasang suami istri ini, sementara ia sendiri berkecukupan. Namun, tawaran pegawai ini ditolak secara halus sambil tersenyum oleh pasangan ini dengan menggunakan bahasa isyarat. Sang suamipun kembali melanjutkan santap siangnya, sementara sang istri hanya menatap sambil tersenyum hingga sop buntut bagiannya menjadi dingin. Setelah beberapa lama, kembali si pegawai yang berkecukupan ini gelisah melihat tingkah pasangan ini. Sang istri ternyata tidak makan, hanya menunggu sang suami makan. Betapa cintanya sang istri kepada suami hingga rela berkorban menunggu suami selesai makan. Kembali, pegawai tadi dengan rasa penasaran mendatangi sang ibu dan bertanya, ”Ibu, saya melihat ibu hanya menunggu bapak makan sementara ibu sendiri tidak makan. Kalau boleh tahu, apa yang ibu tunggu?” Dengan tersenyum sang ibu menjawab, ” yang saya tunggu adalah gigi, sementara ini masih dipakai bapak.!” ^_^ *** MASALAH berbagi, merupakan topik yang tidak habis-habisnya untuk direnungkan. Ketika perenungan ini bermuara pada wujud implementasi tingkah lakunya, akan muncul dorongan untuk berbagi lainnya. Inilah manusia, yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi dan memanusiakan lainnya. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasakan kekurangan. Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan membuahkan keserupaan. Seorang kolega, konselor keluarga, mengatakan bahwa suami istri yang senantiasa berbagi, lama –kelamaan akan menunjukkan wajah mereka yang semakin mirip. Mereka yang saling berbagi akan memiliki kepekaan yang tinggi untuk memahami kebutuhan dan keinginan pasangan lainnya. Bahkan, dalam aspek spiritual, dikatakan semakin mau manusia berbagi beban, berbagi waktu, dan berbagi apa yang dimilikinya untuk sesama dan bagi kemuliaan Sang Khalik, maka sifat-sifatnya pun akan mendekati sifat-sifat Sang Khalik. Dari satu sumber dg editet by HAA .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search